Skip to main content

Skripsi Hubungan Pemanfaatan Pendekatan Pengelolaan Kelas dengan Proses Belajar Mengajar


BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Bab I pasal 1 telah dinyatakan bahwa:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, kepandaian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.” (UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003).

Berangkat dari pernyataan Undang-Undang Sisdiknas tersebut di atas, maka guru sebagai pengelola dalam kelas dituntut agar mampu menciptakan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Ini sesuai dengan pendapat ahli yang mengatakan bahwa “pengelolaan kelas  merupakan keterampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran” (Mulyasa dalam Yamin, 2012: 34).
Guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kualitas pengajaran yang dilaksanakannya. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi siswanya dan memperbaiki kualitas mengajarnya. Pengelolaan kelas merupakan aspek pendidikan yang sering dijadikan perhatian utama oleh guru, guru baru, bahkan guru yang telah berpengalaman berkeinginan untuk  agar para peserta didik dapat belajar dengan optimal. Dalam arti, guru menyampaikan bahan pelajaran diserap oleh peserta didik dengan baik.
Penciptaan harapan seperti itu merupakan kajian dari pengelolaan kelas. Sebab, pengelolaan kelas merupakan serangkaian perilaku guru dam upayanya menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang memungkinkan para peserta didik mencapai tujuan-tujuan belajarnya secara efisien atau memungkinkan peserta didik belajar dengan baik.
Di kelaslah segala aspek pembelajaran bertemu dan berproses. Guru dengan segala kemampuannya, siswa dengan segala latar belakang dan potensinya, kurikulum dengan segala komponennya, metode dengan pendekatannya, media dengan segala perangkatnya, materi dengan segala sumber belajarnya bertemu dan bertransaksi di dalam kelas. Oleh karena itu, selayaknyalah kelas dikelola dengan secara baik, profesional, terus menerus, dan berkelanjutan.
Untuk sampai pada tujuan yang dimaksud, diperlukan pendekatan dalam pengelolaan kelas. Ini sesuai dengan pendapat ahli yang menyatakan bahwa:
“Manajemen kelas bertujuan untuk 1) mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuannya semaksimal mungkin. 2) menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi pembelajaran, menyediakan dan mengatur fasilitas belajar serta perabot belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar  sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual siswa di dalam kelas, serta membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya, serta sifat-sifat individualnya (Hadis, 2008: 84).

Nah, mengingat pentingnya pendekatan dalam pengelolaan kelas ini sehingga ingin rasanya mengetahui tentang “Hubungan Pemanfaatan Pendekatan Pengelolaan Kelas dengan Proses Belajar Mengajar di SMPN 1 Kediri Tahun Pelajaran 2012/2013.”
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan sebuah rumusan masalah yang berbunyi “Apakah ada Hubungan Pemanfaatan Pendekatan Pengelolaan Kelas dengan Proses Belajar Mengajar di SMPN 1 Kediri Tahun Pelajaran 2012/2013?”
C.    Tujuan Penelitian
Dari uraian rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah “Ingin mengetahui apakah ada Hubungan Pemanfaatan Pendekatan Pengelolaan Kelas dengan Proses Belajar Mengajar di SMPN 1 Kediri Tahun Pelajaran 2012/2013.”
D.    Manfaat Penelitian
1.      Manfaat Teoritis
a.       Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang dapat memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu pendidikan pada umumnya dan khususnya bagi guru yang berhubungan dengan pemanfaatan pengelolaan kelas dalam proses belajar mengajar.
b.      Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi kepada peneliti lain untuk meneliti tentang hal-hal yang belum terungkap dalam penelitian ini.
2.      Manfaat Praktis
a.       Bagi kepala sekolah, di harapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman dalam melaksanakan pembinaan kepada guru terkait dengan pemanfaatan pendekatan pengelolaan kelas dalam proses belajar mengajar.
b.      Bagi guru, di harapkan hasil penelitian ini di jadikan pedoman dalam memanfaatkan pendekatan pengelolaan kelas dalam proses belajar mengajar.
E.     Asumsi Penelitian
Dalam buku pedoman penulisan skripsi dijelaskan bahwa “Asumsi adalah anggapan dasar tentang satu hal yang dijadikan landasan berpikir dalam melaksanakan penelitian” (Tim, 2003: 14). Sedangkan ahli lain mengatakan bahwa “Asumsi adalah dasar pemikiran yang tidak perlu diuji kebenarannya” (Arikunto, 2010: 55).
Berdasarkan kedua pendapat para ahli tersebut, maka yang dimaksud dengan asumsi adalah anggapan dasar yang sudah diyakini kebenarannya tanpa memerlukan pembuktian lagi. Sehubungan dengan penelitian ini maka asumsi yang di ajukan adalah sebagai berikut:
1.      Asumsi teoritis
a.       Pengelolaan kelas mempunyai pendekatan-pendekatan yang oleh guru dimanfaatkan untuk menangani suatu kasus dalam pengelolaan kelas.
b.      Jika dimanfaatkan dengan baik, maka pendekatan-pendekatan dalam pengelolaan kelas akan sangat berguna dalam proses belajar mengajar.
2.      Asumsi metodik
a.       Metode penentuan subyek dalam penelitian ini menggunakan metode populasi, Karena jumlah guru sebagai subyek penelitian relatif sedikit.
b.      Metode pengumpulan data menggunakan metode angket dan dokumentasi sebagai metode pokok dan metode wawancara sebagai metode pelengkap.
c.       Metode analisa data menggunakan analisa statistik dengan menggunakan rumus Product Moment.
3.      Asumsi pelaksanaan
Penelitian ini diasumsikan akan terlaksana dengan lancar karena didukung oleh Faktor antara lain:
a.       Adanya kemampuan dari peneliti baik dari tenaga, waktu, biaya dan pengetahuan.
b.      Adanya data-data yang menunjang penelitian dan adanya hubungan yang baik di antara semua guru.
c.       Adanya literatur yang memadai.
d.      Lokasi penelitian yang relatif dekat sehingga mudah dijangkau oleh peneliti.
e.       Adanya dosen yang bersedia memberikan bimbingan dan arahan.
F.     Ruang Lingkup Penelitian
Untuk memberikan kemudahan bagi peneliti dalam melakukan penelitian perlu adanya pembatasan penelitian, maka ruang lingkup penelitian ini terbatas pada hal-hal sebagai berikut:
1.      Lokasi penelitian dilaksanakan di SMPN 1 Kediri Tahun Pelajaran 2012/2013.
2.      Subyek penelitian adalah seluruh guru di SMPN 1 Kediri Tahun Pelajaran 2012/2013.
3.      Obyek penelitian ini adalah Hubungan Pemanfaatan Pendekatan Pengelolaan Kelas dengan Proses Belajar Mengajar di SMPN 1 Kediri Tahun Pelajaran 2012/2013.
G.    Definisi Operasional Judul Penelitian
Untuk menghindari kekeliruan dalam penafsiran istilah-istilah yang ada dalam judul ini, peneliti perlu menjelaskan beberapa istilah yang dianggap penting sebagai berikut:
1.      Hubungan
Menurut Samsuri (2009 : 272), ”hubungan diartikan sebagai keadaan yang berkaitan, berkenaan, bersangkutan”. Sedangkan menurut Bakir dan Suryanto (2006 : 213), ”hubungan berarti pertalian, ada ikatan”.
Jadi, yang dimaksud dengan hubungan adalah keadaan yang berkaitan, berkenaan, bersangkutan, atau ada ikatan.
2.      Pemanfaatan Pendekatan Pengelolaan Kelas
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (2000: 711) yang menyebutkan bahwa “pemanfaatan adalah proses, cara, dan perbuatan memanfaatkan sesuatu untuk kepentingan sendiri.” Sedangkan menurut Wina Sanjaya (2009: 127)  pendekatan adalah titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran..  Selanjutnya, pengelolaan kelas merupakan usaha yang dengan sengaja dilakukan oleh guru agar anak didik dapat belajar secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan pembelajaran (Fathurrohman dan Sutikno, 2009: 104).
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka yang dimaksud dengan pemanfaatan pengelolaan kelas dalam penelitian ini adalah perbuatan memanfaatkan sesuatu yang bertitik tolak terhadap proses belajar mengajar yang dilakukan dengan sengaja guna mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien.
3.      Proses Belajar Mengajar
“Proses belajar mengajar adalah suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu” (Usman dalam Suryosubroto, 2009: 16). Ahli lain mengatakan bahwa “Belajar mengajar sebagai proses dapat mengandung dua pengertian, yaitu rentetan tahapan atau fase dalam pembelajaran sesuatu dan dapat pula berarti sebagai rentetan kegiatan perencanaan oleh guru pelaksanaan kegiatan atau evaluasi dan program tindak lanjut” (Depag RI dalam Suryosubroto, 2009: 16).
Berdasarkan pendapat ahli tersebut, yang dimaksud dengan proses belajar mengajar dalam penelitian ini adalah serentetan tahapan kegiatan serta hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan tindak lanjut.



BAB II
KAJIAN PUSTAKA


A.    Deskripsi Teori
1.      Proses Belajar Mengajar
a.       Pengertian Proses Belajar Mengajar
“Proses belajar mengajar adalah suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu” (Usman dalam Suryosubroto, 2009: 16).
Ahli lain mengatakan bahwa:
“Belajar mengajar sebagai proses dapat mengandung dua pengertian, yaitu rentetan tentang tahapan atau fase dalam mempelajari sesuatu dan dapat pula berarti sebagai rentetan kegiatan perencanaan oleh guru, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut” (Depag RI dalam Suryosubroto, 200: 16).
.
Berdasarkan pendapat ahli tersebut, yang dimaksud dengan proses belajar mengajar dalam penelitian ini adalah serentetan tahapan kegiatan serta hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan tindak lanjut.
b.      Prinsip-prinsip Proses Belajar Mengajar
Prinsip-prinsip umum yang harus dijadikan pegangan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar adalah sebagai berikut
1)      Mengajar harus berdasarkan pengalaman yang sudah dimiliki siswa.
2)      Pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan harus bersifat praktis
3)      Mengajar harus memperhatikan perbedaan individual setiap siswa
4)      Kesepian (readiness) dalam belajar sangat penting dijadikan pedoman dalam mengajar.
5)      Tujuan pengajaran harus diketahui siswa
6)      Mengajar harus mengikuti prinsip psikologis tentang belajar. (Uno, 2006: 7)
c.       Tujuan  Proses Belajar Mengajar
Perubahan prilaku dalam belajar mencakup seluruh aspek-aspek pribadi peserta didik, yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagaimana dinyatakan (Harjanto dalam Hanafiah, 1997: 20) sebagai berikut:
“Indikator Aspek kognitif mencakup: 1) Ingatan atau pengetahuan, 2) Pemahaman, 3) Penerapan, 4) Analisis, 5) sintesis dan, 6) Penilaian. Indikator Aspek Afektif mencakup: 1) Penerimaan, 2) penanggapan, 3) Pengarahan, 4) Pengorganisasian dan, 5) Pengkaraktristikan. Indikator Aspek Psikomotor mencakup: 1) Persepsi, 2) Kesiapan, 3) Respons terbimbing, 4) Mekanisme, 5) Respons nyata kompleks, 6) Penyesuaian dan, 7) Penciptaan.”

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam penelitian ini tujuan belajar memiliki tiga aspek yaitu, aspek kognitif yang berkaitan dengan pengetahuan atau kemampuan mengingat siswa serta bahan yang telah dipelajari, sedangkan afektif berkaitan dengan penerimaan atau kesediaan  siswa untuk menghadirkan dirinya pada suatu perangsang, dan aspek psikomotor berkaitan dengan peresepsi siswa, alat-alat perasaan untuk membimbing efektivitas gerak.
d.      Komponen-Komponen Belajar Mengajar
Ada pun komponen yang harus ada dalam proses belajar mengajar tersebut antara lain :
1)      Tujuan
Tujuan adalah salah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan. (Roestiyah, 1989: 44) mengatakan bahwa “suatu tujuan pengajaran adalah deskripsi tentang penampilan perilaku (performance) murid-murid yang kita harapkan setelah mereka mempelajari bahan pelajaran yang kita ajarkan.
2)      Bahan Pelajaran
Bahan adalah salah satu sumber belajar bagi anak didik. Bahan yang disebut sebagai sumber belajar (pengajaran) ini adalah “sesuatu yang membawa pesan untuk tujuan pengajaran” (Sudirman, 1990: 2003). Bahan pelajaran menurut (Suharsimi, 1990) “merupakan unsur ini yang ada di dalam suatu kegiatan belajar mengajar, karena memang bahan pelajaran itulah yang diupayakan untuk dikuasai oleh anak didik”.
Jadi bahan pelajaran adalah substansi yang disampaikan dalam proses belajar mengajar.
3)      Kegiatan belajar mengajar, merupakan inti dari kegiatan dalam pendidikan.
4)      Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. “Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya bila dia tidak menguasai satu pun metode mengajar yang dirumuskan dan dikemukakan para ahli psikologi dan pendidikan” (Djamarah, 1991: 72).
5)      Alat, adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk mencapai tujuan. Hal ini sejalan dengan pendapat Marimba (1998: 51) yang menyebutkan bahwa “alat mempunyai fungsi sebagai perlengkapan, sebagai pembantu mempermudah usaha mencapai tujuan dan alat sebagai tujuan.”
6)      Sumber belajar, yaitu segala sesuat yang dapat dipergunakan sebagai tempat di mana bahan pengajaran terdapat atau asal untuk belajar seseorang.
7)      Evaluasi, yaitu suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.
2.      Pemanfaatan Pendekatan Pengelolaan Kelas
a.       Pengertian pengelolaan kelas
Secara sederhana pengelolaan kelas berarti kegiatan pengaturan kelas untuk kepentingan pengajaran (Yamin, 2012, 34). Sedangkan ahli lain mengatakan pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran (Mulyasa dalam Yamin, 2012: 34).
Selanjutnya ahli lain memberikan definisi pengelolaan kelas dengan kata manajemen kelas, yaitu:
“Manajemen kelas juga dapat diartikan sebagai proses seleksi yang menggunakan alat yang tepat terhadap problem dan situasi manajemen kelas, atau dapat juga diartikan sebagai segala usaha yang di arahkan untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai dengan kemampuan” (Hadis, 2008: 83).

Jadi dapat disimpulkan bahwa pengelolaan kelas adalah kegiatan pengaturan kelas untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan mengendalikannya jika ada gangguan dengan menggunakan alat yang tepat untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan sehingga dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik.
b.      Tujuan pengelolaan kelas
Tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya mengandung tujuan pengajaran. Karena pengajaran merupakan salah satu faktor pendukung berhasil tidaknya proses belajar mengajar dalam kelas. Seorang ahli menyatakan tujuan umum dari pengelolaan kelas yaitu:
“Secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional dan intelektual belajar dan bekerja, terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional dan sikap, serta apresiasi pada siswa (Sudirman dalam Djamarah, 2006: 170).

Secara khusus, tujuan pengelolaan kelas adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan (Usman, 1995: 8).
Sedangkan menurut Wijaya dan Rusyan (1994: 114) tujuan dari pengelolaan kelas itu antara lain:
1)      Agar pengajaran dapat dilakukan secara maksimal sehingga tujuan tujuan pengajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
2)      Untuk memberi kemudahan dalam memantau kemajuan siswa dalam pelajarannya. Dengan pengelolaan kelas guru mudah melihat dan mengamati setiap kemajuan yang dicapai siswa dalam pelajarannya.
3)      Untuk memberi kemudahan dalam mengangkat masalah-masalah penting untuk dibicarakan di kelas untuk perbaikan pengajaran pada masa mendatang.

Dari beberapa pendapat ahli tersebut, jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah:
1)      Tujuan pengelolaan kelas terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus.
2)      Tujuan umumnya adalah penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional dan intelektual belajar dan bekerja, terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional dan sikap, serta apresiasi pada siswa.
3)      Tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan.
4)      Serta tujuan pengelolaan kelas adalah untuk mencapai tujuan pengajaran secara maksimal, untuk memberi kemudahan dalam memantau kemajuan siswa dan untuk memberi kemudahan dalam mengangkat masalah-masalah penting demi perbaikan pengajaran pada masa mendatang.
c.       Prinsip pengelolaan kelas
Dalam rangka memperkecil masalah gangguan dalam pengelolaan kelas, prinsip-prinsip pengelolaan kelas dapat dipergunakan, sebagaimana yang dikemukakan oleh Djamarah (2010: 184) yaitu:
1)      Hangat dan antusias
Hangat dan antusias diperlukan dalam proses belajar mengajar. Guru yang hangat dan akrab dengan anak didik selalu menunjukkan antusias pada tugasnya atau pada aktivitasnya akan berhasil dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas.
2)      Tantangan
Penggunaan kata-kata tindakan, cara kerja atau bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan gairah anak didik untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang. Tambahan lagi akan dapat menarik perhatian anak didik dan dapat mengendalikan gairah belajar mereka.
3)      Bervariasi
Penggunaan alat atau media, atau alat bantu, gaya mengajar guru, pola interaksi antara guru dan anak didik akan mengurangi munculnya gangguan, meningkatkan perhatian anak didik. Apalagi bila penggunaannya bervariasi sesuai dengan kebutuhan. Kebervariasian dalam penggunaan apa yang disebutkan di atas merupakan kunci untuk tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan.
4)      Keluwesan
Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan anak didik, serta menciptakan iklim belajar mengajar yang efektif. Keluwesan pengajaran dapat mencegah munculnya gangguan seperti keributan anak didik, tidak ada perhatian, tidak mengerjakan tugas dan sebagainya.
5)      Penekanan pada hal-hal yang positif
Pada dasarnya dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan pada hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian anak didik pada hal-hal yang negatif. Penekanan pada hal-hal yang positif yaitu penekanan yang dilakukan guru terhadap tingkah laku anak didik yang positif dari pada mengomeli tingkah laku yang negatif. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan pemberian penguatan yang positif, dan kesadaran guru untuk menghindari kesalahan yang dapat mengganggu proses belajar mengajar.
6)      Penanaman disiplin diri
Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik dapat mengembangkan disiplin diri sendiri. Karena itu, guru sebaiknya selalu mendorong anak didik untuk melaksanakan disiplin diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi teladan mengenai pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab. Jadi guru harus disiplin dalam segala hal bila ingin anak didiknya ikut berdisiplin dalam segala hal.

d.      Pendekatan pengelolaan kelas
Dalam buku psikologi dalam pendidikan, telah dinyatakan bahwa:
“Dalam melakukan aktivitas manajemen kelas, untuk pembinaan disiplin kelas yang berbasis pendidikan, ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan, yaitu: pendekatan otoriter, pendekatan permisif, pendekatan instruksional, pendekatan pengubahan perilaku, pendekatan sosial emosional dan pendekatan proses kelompok (Hadis, 2008: 84).

Sedangkan ahli lain menyatakan bahwa:
 “Ada delapan pendekatan yang bisa dilakukan guru dalam pengelolaan kelas yaitu Pendekatan kekuasaan, Pendekatan ancaman, Pendekatan kebebasan, Pendekatan resep, Pendekatan perubahan tingkah laku, Pendekatan perubahan suasana emosi dan hubungan sosial, Pendekatan proses kelompok, dan Pendekatan elektik/pluralistik (Djamarah dan Zain, 2006: 179).

Berdasarkan kedua pendapat ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendekatan pengelolaan kelas terdiri dari:
1)      Pendekatan otoriter/ pendekatan kekuasaan
2)      Pendekatan permisif/pendekatan kebebasan
3)      Pendekatan ancaman
4)      Pendekatan instruksional
5)      Pendekatan resep
6)       
e.       Pemanfaatan pendekatan pengelolaan kelas
1)      Pendekatan otoriter
2)      Pendekatan permisif
3)       
3.      Hubungan Pemanfaatan Pendekatan Pengelolaan Kelas dengan Proses Belajar Mengajar
B.     Hasil Penelitian Yang Relevan
C.    Kerangka Berpikir
D.    Hipotesis Penelitian


DAFTAR PUSTAKA


Arikunto, Suharsimi, 1988. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan; Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara.
Fathurrohman, Pupuh & Sutikno, M. Sobry, 2009. Strategi Belajar Mengajar, Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami. Bandung: Refika Aditama.
Sanjaya, Wina, 2009. Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group.
Suryosubroto, 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Bandung: Rineka Cipta.
Tim Dosen IKIP Mataram, 2011. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Mataram: IKIP Mataram.
Depdikbud, 2000. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Hadis, Abdul, 2008. Psikologi Dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Yamin, Martinis dan Maisah, 2012. Manajemen Pembelajaran Kelas Strategi Meningkatkan Mutu Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada (GP) Pres.
UU RI No 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional.
Tim Dosen IKIP Mataram, 2003. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Mataram: IKIP Mataram.
Djamarah, Syaiful Bahri, dan Zain, Aswan, 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Wijaya, Cece dan Rusyan, A. Tabrani, 1994. Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Usman, Moh Uzer, 1996. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Comments

Popular posts from this blog

KONSEP DASAR EVALUASI PROGRAM SUPERVISI PENDIDIKAN

Supervisi pendidikan (supervisi akademik) adalah bantuan atau pelayanan kepada guru-guru agar pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dapat berjalan lebih baik dan berkualitas. Fungsi dasar supervisi meningkatkan atau memperbaiki situasi belajar bagi murid, demikian pendapat tokoh dibidang supervisi pendidikan Kimbal Wiles, (1967) sementara itu H.P Adams dan Frank G. Dicky dalam bukunya yang berjudul”Basic principles of Supervision”menjelaskan secara eksplisit bahwa”Supervisi merupakan program berencana untuk memperbaiki pengajaran”. Jelaslah sekarang bahwa supervisi merupakan aktivitas yang terprogram, berencana, dan berlangsung kontinyu.  Oleh  sebab  itu  akvitas  supervisi  pendidikan  harus dievaluasi, sebab supervisi pendidikan beraktivitas secara terprogram, evaluasi program supervisi pendidikan tersebut harus dilaksanakan secara kontinyu terprogram dan mengunakan prinsip komperhensip, obyektif, operatif dan kontinyu. A.      Pengertian Evaluasi Program Supervisi Pen

Tata Persuratan dan kearsipan

Kearsipan berperan penting dalam administrasi yang mempunyai kegunaan yaitu sebagai pusat dan ingatan dan sumber informasi dalam rangka melakukan kegiatan perencanaan, penganalisaan, perumusan kebijaksanaan, pengambilan keputusan, pembuatan laporan, penilaian, pengendalian dan pertanggung jawaban dengan setepat-tepatnya. Selain itu, kearsipan meliputi kegiatan penerimaan, pencatatan, pengiriman, penyimpanan, pemusnahan, serta pemeliharaan naskah-naskah yang dibuat dan diterima oleh suatu perusahaan atau organisasi. Meskipun kearsipan berperan penting dalam administrasi, ironisnya pada zaman modern ini masih banyak kantor-kantor pemerintahan maupun swasta yang belum melakukan penataan dengan baik. Masih banyak dijumpai arsip-arsip yang hanya ditumpuk di dalam gudang, sehingga cepat rusak, dan sulit ditemukan kembali apabila diperlukan lagi. Oleh karena itu, agar tidak terjadi hal-hal demikian maka perlu adanya petugas-petugas arsip yang menjaga atau bekerja di bidang keta